SAMPAH MENYIA-NYIAKAN BANYAK MASA KECIL
Ketika kamu bangun setiap paginya dan melihat bahwa sudah tidak ada sampah di jalanan, kamu senang akan hal itu tetapi tahukah kamu siapa yang melakukan tugas tersebut untukmu?
Pelakunya adalah pemulung atau tukang sampah. Orang-orang ini berkeliaran di jalan-jalan dan mengambil sampah yang kita buang.
Banyak dari kita yang paham tentang buruh anak, perdagangan anak, dan eksploitasi anak. Penelitian mengatakan bahwa 40% pemulung sampah merupakan anak-anak. Hasil yang mengejutkan ini membuat semua orang bertanya-tanya, mengapa di umur yang begitu belia, bukannya pergi sekolah untuk menuntut ilmu demi masa depan cerah, anak-anak ini malah menjadi pengutip sampah? Sangat disesalkan bahwa di negeri demokratis seperti India, pelanggaran HAM seperti itu sedang terjadi.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam penelitian terbarunya memperkirakan bahwa hampir 215 juta anak di seluruh dunia terlibat dalam beberapa jenis buruh anak dan lebih dari setengah dari mereka ditemukan dalam kondisi yang mengerikan. Diperkirakan bahwa India sendiri mempunyai 17 juta pekerja anak – perburuhan anak tertinggi di dunia. Selain itu, UNICEF dalam laporannya menyebutkan bahwa sekitar 12 persen anak-anak di India berusia 5-14 tahun terlibat dalam kegiatan buruh anak, termasuk pengutip sampah.
Sekarang muncul pertanyaan apa yang memaksa anak-anak ini untuk bekerja pada tahap awal kehidupan mereka. Faktor-faktor yang bertanggung jawab adalah:
- Kemiskinan – Kemiskinan merupakan alasan utama di balik awal perburuhan anak. Karena pendapatan keluarga tidak begitu besar, anak-anak dari keluarga itu juga ikut bekerja.
- Permintaan besar akan buruh tidak terampil – permintaan buruh tidak terampil merupakan alasan lain dari perburuhan anak. Anak-anak sebagian besar tidak memiliki keterampilan dan menyediakan sumber tenaga kerja yang murah, menjadikan mereka pilihan yang menarik bagi banyak majikan yang tamak.
- Buta huruf – karena buta huruf, orang-orang tidak mengerti pentingnya mengedukasi anak-anak mereka. Mereka memprioritaskan anak-anak untuk menunjang keluarga daripada pergi ke sekolah.
- Pertumbuhan populasi – karena meledaknya populasi, orang-orang miskin tidak dapat mencari nafkah untuk memberi makan anak mereka. Ini adalah alasan mengapa mereka mengirim anak mereka untuk bekerja.
EKSPLOITASI PENGUTIP SAMPAH ANAK-ANAK
Namun, anak-anak ini tidak bekerja dengan bahagia karena mereka dieksploitasi dan dibayar rendah oleh kontraktor. Belakangan ini perburuhan dan perdagangan anak telah menjadi salah satu masalah sosial dan hukum di seluruh dunia. Kebanyakan dari anak-anak tersebut mulai bekerja saat usianya masih sangat belia dan anak-anak ini terpapar berbagai macam eksploitasi dan kekerasan.
Masyarakat kita bukan hanya gagal dalam mencegah anak-anak menjadi pengutip sampah, tetapi juga gagal memperlakukan mereka dengan baik. Orang-orang hanya diam walaupun anak-anak malang ini berulang kali dipukuli. Rata-rata pendapatan pemulung sampah anak-anak hanya sebesar Rp 50,000 per hari. Karena untuk bertahan hidup dari perjalanan eksploitasi mereka, keterlibatan dengan para penjahat, kecanduan narkoba dimulai, yang tidak baik untuk perkembangan mereka maupun bagi masyarakat tempat mereka tinggal.